![]() |
Ilustrasi Ulama Sufi. Foto: Istimewa |
ZONAPIRASI.MY.ID, ACEH - Setiap manusia pasti pernah menghadapi ujian dan godaan yang berbeda sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Bagi seorang ulama, salah satu godaan terbesar adalah munculnya benih kesombongan dalam hati, merasa diri lebih alim dibandingkan orang lain. Kesombongan ini bahkan pernah menghinggapi sosok sufi besar, Abu Yazid Al-Busthami.
Suatu hari, ketika sedang duduk santai, Abu Yazid merasakan kebanggaan dalam hatinya bahwa ia adalah seorang ulama besar di zamannya. Namun, tak lama kemudian, ia menyadari bahwa perasaan tersebut merupakan bentuk kesombongan yang berbahaya.
Menyesali pikirannya itu, Abu Yazid memutuskan untuk melakukan tindakan konkret guna menebus kesalahannya. Ia pergi ke daerah Khurasan dan bersumpah tidak akan meninggalkan tempat itu hingga seseorang datang untuk menunjukkan kerendahan dan kehinaannya. Ia berharap tindakan ini dapat menghilangkan rasa tinggi hati dalam dirinya.
Selama tiga hari tiga malam, ia tetap berada di tempat tersebut tanpa beranjak sedikit pun.
Pada hari keempat, muncul seorang pria menunggang unta. Melihatnya, Abu Yazid merasa bahwa orang ini memiliki kebijaksanaan dan kesucian batin. Ia memberi isyarat agar unta tersebut berhenti, dan unta itu pun segera berlutut di hadapannya. Sang penunggang unta lalu menatap Abu Yazid dan berkata:
"Kamu mendatangiku untuk membuka sesuatu yang terkunci, mengunci sesuatu yang terbuka, dan menenggelamkan penduduk Bustham bersama Abu Yazid."
Mendengar perkataan itu, Abu Yazid terdiam dan terhenyak. Ia pun bertanya tentang identitas pria tersebut.
"Dari mana engkau berasal?" tanyanya.
"Sejak engkau bersumpah tidak akan pergi dari tempat ini hingga datang seseorang yang diutus Allah, aku telah menempuh jarak ribuan mil untuk sampai ke sini. Jagalah hatimu, wahai Abu Yazid!," jawab pria itu.
Setelah memberikan nasihat tersebut, pria itu berbalik arah dan menghilang dari pandangan.
Pelajaran dari Kisah Abu Yazid Al-Busthami
Kisah ini mengajarkan kita untuk selalu menjaga hati dari penyakit kesombongan. Ketika kesombongan mulai tumbuh, kita harus segera menyadari dan memohon ampun kepada Allah.
Abu Yazid memberikan contoh bahwa ketika merasa dirinya lebih mulia, ia segera menyesali perasaannya dan melakukan sesuatu untuk menghilangkan kebanggaan diri.
Selain itu, kisah ini juga mengingatkan pentingnya muhasabah atau introspeksi diri. Jika seseorang hanya melihat sisi positifnya saja, benih kesombongan bisa berkembang dengan subur.
Sebaliknya, dengan sering bermuhasabah dan menyadari kekurangan diri, seseorang dapat terus memperbaiki diri dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Dengan demikian, kisah Abu Yazid Al-Busthami menjadi pengingat bagi kita semua bahwa kesombongan bisa mengintai siapa saja, termasuk orang-orang berilmu. Namun, dengan kejujuran dalam mengenali diri dan ketulusan dalam bertobat, kita bisa mengatasi godaan tersebut dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Sumber: Fariduddin ‘At-Thar, Tadzkiratul Auliya (Damaskus, Darul Maktabi: 2009), hlm. 188-189. {alertInfo}